Rabu, 11 November 2009

Tradisi Bantai Kerbau Batobo

Tradisi Bantai Kerbau Batobo



Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, memiliki tradisi unik menjelang Ramadhan yakni membantai atau menyembelih kerbau yang dibeli secara batobo (bersama). “Bantai kerbau merupakan tradisi kami yang telah turun temurun yang diadakan untuk menyambut bulan suci Ramadhan,” ujar salah seorang tokoh masyarakat Kuantan Mudik Apendi Piliang di Lubuk Jambi, Kamis.

Kerbau yang disembelih untuk menyambut bulan puasa itu dibeli oleh masyarakat secara batobo, di mana satu ekor kerbau biasanya dibeli secara bersama oleh sekitar 20 warga. “Batobo maksudnya bekerjasama dan anggotanya bukan terdiri dari satu suku tapi suku-suku yang ada di daerah kami. Untuk membeli kerbau setiap orang membayar iuran kepada ketua kelompok batobo. Tahun ini kami iuran Rp 300.000/ orang,” katanya.

Ia mengatakan, anggota batobonya ada 20 orang yang terdiri dari suku piliang, suku melayu, suku caniago dan suku tujuh. Kerbau yang telah dibeli dan akan dibantai pada keesokan harinya, pada malam sebelumnya dijaga ketat hingga pagi.

Kerbau tersebut ditambat di lapangan tempat hewan bertanduk itu akan disembelih. Saat malam penjagaan itu keramaian telah terasa karena masyarakat yang tergabung dalam batobo akan memeriahkan malam tersebut dengan alunan musik dari celempong, alat musik tradisional.

Setiap warga yang tergabung dalam kelompok batobo akan mendapatkan satu onggok daging kerbau yang terdiri dari daging, isi perut, kulit serta tulang belulangnya. Sedangkan kepala kerbau diberikan pada tukang jagal.

“Onggokan daging yang dibagi rata ini seperti pada pembagian daging kurban, hanya bedanya daging kurban dibeli oleh satu orang untuk dibagi-bagikan pada orang lain. Sedangkan dalam tradisi membantai, membeli kerbau bersama dan makan dagingnya juga bersama,” ujar ayah dua anak itu.

Menurut Apendi, masyarakat di kampungnya sehari menjelang bulan puasa mengelar kenduri di setiap rumah dengan menu hidangan utama daging bantai yang dibeli secara batobo itu. Daging tersebut dimasak rendang, gulai kalio ataupun gulai kari.

Ia mengatakan, tradisi kenduri se kampung itu biasanya dimulai usai shalat ashar hingga malam. Dalam tradisi tersebut pemuka agama akan mendatangi tiap rumah bersama rombongan masyarakat baik laki-laki dan perempuan dewasa maupun anak-anak.

Rombongan kunjungan ini juga dibagi tiap kelompok agar jumlahnya tidak terlalu ramai. Setiap singgah di rumah penduduk, rombongan yang biasanya terdiri dari puluhan orang itu selain dijamu makan hidangan tuan rumah juga melakukan doa keselamatan. “Adalah aib bagi kami jika menjelang Ramadhan tidak mengelar kenduri apalagi tidak dapat membeli daging bantai,” ungkap Apendi.(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar