Inilah warga Suku Dayak Punan. Mereka dikenal sebagai penjelajah. Di Kabupaten Berau Kalimantan Timur, mereka dapat dijumpai di sejumlah kampung di kawasan Hulu Sungai Segah.
Warga Suku Dayak Punan sangat tergantung kepada sumber daya hutan. Mereka memanfaatkan rotan, damar, dan ikan di sungai untuk hidup sehari-hari.
Perjalanan ke Kampung Dayak Punan melewati kawasan hutan. Pemandangannya sangat indah. Hutan pegunungan dan ekosistem hutan tepi sungai, dikawasn ini masih terlihat asri dan terjaga kelestariannya.
Salah satu tempat tinggal Suku Dayak Punan adalah Kampung Long Oking, di kawasan Hulu Sungai Segah. Perjalanan ke kawasn ini menempuh waktu 6 jam dari Tanjung Redeb, ibu kota Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menyusuri aliran Sungai Segah dengan menggunakan ketingting.
Ketingting adalah perahu kayu kecil bermotor yang menjadi sarana transportasi sungai khas Kalimantan.
Desa Long Oking dihuni sekitar 20 kepala keluarga. Disini masih dapat ditemukan perempuan Dayak dengan giwang besar di telinga. Banyaknya giwang menandakan jumlah umur mereka setelah menikah.
Sebagian besar mata pencarian warga disini berladang dan mendulang emas. Ada juga yang bekerja sebagai pembuat perahu.
Hari ini warga Desa Long Oking merayakan hari libur akhir pekan atau biasa disebut poll-on, dengan piknik bersama.
Salah satu kegiatannya adalah mencari ikan di hulu Sungai Segah. Di lokasi yang telah ditentukan, warga membuat api dari kayu bakar, dengan menggunakan ranting pohon kering.
Air sungai sangat jernih, sehingga ikan dengan mudah terlihat dari permukaan. Kaum lelaki bertugas menangkap ikan. ada yang menggunakan jala.
Ada juga yang menggunakan tombak. Bahkan ada yang menggunakan alat khusus seperti panah. Beberapa jenis ikan didapat. Ada ikan sapan, ikan palau, ikan munjuk dan ikan teleweng. Semuanya ikan khas pedalaman Kalimantan Timur.
Ikan hasil tangkapan kemudian dibakar di tepi sungai. Setelah matang, dimakan bersama-sama.
Menangkap ikan bersama-sama di akhir pekan merupakan hiburan warga disini. Ini sekaligus meneruskan tradisi masyarakat Suku Dayak Punan yang telah berlangsung secara turun temurun.(Helmi Azahari/Idh)
Minggu, 08 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar