Senin, 21 Desember 2009

Pesta Rakyat Maras Taun

A. Selayang Pandang

Maras Taun pada awalnya merupakan acara peringatan hari panen bagi para petani padi ladang di Desa Selat Nasik, Pulau Mendanau. Padi ladang hanya dapat dipanen setelah masa tanam sembilan bulan, oleh karena itulah perayaan panen ini hanya dilaksanakan satu tahun sekali. Pada perkembangannya, pesta rakyat ini berubah, tidak sekadar untuk memperingati panen padi, melainkan juga sebagai ungkapan syukur semua penduduk pulau, baik petani maupun nelayan. Jika petani merayakan hasil panen padi, maka para nelayan merayakan musim penangkapan ikan tenggiri serta keadaan laut yang tenang.

Maras sendiri berarti memotong, dan taun berarti tahun. Makna dari nama ini adalah semua penduduk meninggalkan tahun yang lampau dengan ucapan syukur dan memohon untuk semua yang baik di tahun selanjutnya. Peristiwa Maras Taun ini, sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Selat Nasik saja, namun juga oleh beberapa desa di Pulau Belitung, Pulau Mendanau, dan pulau-pulau kecil lain yang termasuk dalam Kabupaten Belitung. Kendati demikian, perayaan Maras Taun di Selat Nasik merupakan perayaan pertama yang dijadikan agenda wisata dan telah didukung oleh pemerintah Provinsi Bangka Belitung.
B. Keistimewaan

Rangkaian perayaan Maras Taun dapat berlangsung selama tiga hari, dengan hari terakhir sebagai puncak perayaan. Sebelum puncak perayaan, masyarakat yang hadir disuguhi beragam pertunjukan kesenian dari Desa Selat Nasik maupun dari daerah-daerah lainnya. Beragam kesenian seperti Stambul Fajar khas Belitung, Tari Piring khas Minang, dan Teater Dulmuluk dari Sumatra Selatan dipertontonkan. Selain kesenian tradisional, pentas musik organ tunggal juga turut menambah kemeriahan pesta rakyat ini.

Pada puncak perayaan, acara dibuka dengan lagu dan tari Maras Taun yang dibawakan oleh dua belas gadis remaja, yang menggunakan kebaya khas petani perempuan, lengkap dengan topi capingnya. Lagu yang dinyanyikan oleh para remaja ini merupakan lantunan ucapan syukur atas hasil bumi yang mereka dapatkan. Sementara itu, gerak dalam tarian ini menyimbolkan para petani yang bekerja sama saat memanen padi ladang.

Usai tarian dipentaskan, acara dilanjutkan dengan Kesalan. Kesalan sendiri merupakan haturan doa syukur atas panen yang telah dilewati dan permohonan berkah untuk masa depan, yang dipimpin oleh dua orang tetua adat Selat Nasik. Usai doa dipanjatkan, kedua tetua adat ini menyiramkan air yang telah dicampur dengan daun Nereuse dan Ati-ati. Penyiraman air ini merupakan simbol untuk membuang kesialan bagi warga desa.


Prosesi Kesalan

Suasana perayaan Maras Taun akan semakin meriah ketika lepat (makanan dari beras ladang berwarna merah, yang diisi potongan ikan atau daging), diperebutkan oleh masyarakat. Dalam upacara Maras Taun, akan disajikan dua macam lepat, yakni sebuah lepat berukuran besar dengan berat sekitar 25 kilogram, dan lepat berukuran kecil berjumlah 5.000 buah. Lepat besar akan dipotong oleh pemimpin setempat ataupun tamu kehormatan, yang kemudian dibagi-bagikan kepada warga setempat. Pemotongan dan pembagian lepat ini merupakan simbol dari seorang pemimpin yang harus melayani warganya. Setelah itu, masyarakat setempat akan berebut untuk mengambil lepat-lepat kecil. Berebut lepat merupakan simbol kegembiraan warga atas hasil panen dan tangkapan ikan yang baik.


Berebut Lepat
C. Lokasi

Maras Taun dapat disaksikan di Desa Selat Nasik, Pulau Mendanau, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia.
D. Akses

Untuk menuju Desa Selat Nasik, Pulau Mendanau, pengunjung dapat menaiki perahu dari pelabuhan Tanjung Pandan, Ibu Kota Kabupaten Belitung. Pelayaran yang memakan waktu sekitar 2—3 jam ke arah barat ini, akan dikenai biaya sebesar Rp 15.000,00—Rp 20.000,00 per orang (Oktober 2008). Kapal dari Tanjung Pandan ke Pulau Mendanau ini dapat mengangkut penumpang antara tiga hingga empat kali dalam sehari. Namun, jika cuaca sedang tidak bagus, dalam sehari kapal hanya akan mengangkut penumpang sekali.
E. Harga Tiket

Untuk melihat upacara ini, pengunjung tidak dikenakan biaya apapun.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Di Pulau Mendanau, belum ada fasilitas penginapan. Namun, bagi pengunjung yang ingin mengikuti keseluruhan rangkaian acara Maras Taun yang memakan waktu tiga hari tersebut, dapat menginap di rumah penduduk. Penduduk di pulau ini sangat bersahabat dan menerima dengan tangan terbuka pengunjung yang butuh penginapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar