A. Selayang Pandang
Dalam rangka memeriahkan hari Idul Fitri, banyak daerah di pelosok tanah air mengadakan berbagai kegiatan yang unik. Salah satunya adalah ritual Barong Ider Bumi yang ada di Desa Kemiren, Banyuwangi. Upacara yang digelar setelah 2 hari perayaan Idul Fitri ini merupakan agenda tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Using.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, upacara ini dilakukan pertama kali pada tahun 1940. Pada saat itu terjadi pageblug (wabah penyakit) dan bencana di Desa Kemiren. Banyak orang yang pagi hari sakit sorenya meninggal, atau malam sakit paginya sudah meninggal. Tidak hanya wabah kematian yang menyerang warga, ratusan hektare sawah juga diserang hama sehingga menyebabkan gagal panen.
Warga pun mengadakan tirakatan dan berdoa memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Akhirnya salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut Cili mendapatkan wangsit melalui mimpinya. Dalam mimpinya disebutkan bahwa untuk mengusir penyakit dan hama yang melanda desa, penduduk harus mengadakan selamatan kampung dengan menggelar ritual arak-arakan barong untuk menolak datangnya bencana.
Dalam ritual yang kemudian dinamai Barong Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi pembacaan macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan dan nenek moyang untuk menolak bahaya yang mengancam keselamatan penduduk desa. Barong yang berbentuk topeng merupakan penggambaran hewan yang menakutkan dan memiliki kemampuan untuk mengusir pengaruh jahat yang melanda Desa Kemiren.
Saat ini, selain sebagai ritual penolak bala, Barong Ider Bumi juga dijadikan sebagai upacara kesuburan. Dengan melakukan ritual ini, mereka berharap mendapatkan keselamatan, penyembuhan, kesuburan, dan pembersihan diri dari semua kesalahan yang pernah mereka lakukan pada tahun sebelumnya.
B. Keistimewaan
Sesuai dengan namanya, yakni Barong Ider Bumi, inti dari ritual ini adalah mengarak barong memutari desa. Sebelum arak-arakan dimulai, biasanya akan diawali dengan pertunjukan tari-tarian di halaman balai desa. Setelah itu, diiringi dengan permainan angklung para sesepuh desa, rombongan arak-arakan pun mulai berjalan mengitari kampung. Baris depan arak-arakan tentu saja orang yang menggunakan topeng barong. Lalu disusul dengan dua orang nenek membawa kendi dan lima orang nenek yang menggendong guci yang disebut lukiran. Tiap-tiap lukiran berisikan uang logam pecahan Rp100 berjumlah Rp99.900. Kemudian ada rombongan lelaki dewasa yang menghambur-hamburkan beras berwarna kuning “sembur uthik-uthik”, bunga sembilan warna, dan uang logam yang diambil dari lukiran. Anak-anak pun berebutan memungut koin.
Prosesi Arak-arakan
Sumber: http://bumisegoro.wordpress.com
Jalannya prosesi Barong Ider Bumi penuh dengan simbol-simbol dan makna. Uang receh yang jatuh berdenting dipercayai bisa mengusir lelembut yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan jumlah pelengkap upacara (uang dan kembang) yang ganjil dikaitkan dengan kepercayaan dalam agama Islam yang dalam salah satu hadist nabi menyebutkan bahwa Allah menyukai jumlah yang ganjil. Selain itu, penetapan tanggal 2 Syawal pukul 14.00 WIB sebagai waktu dilaksanakannya ritual melambangkan ciptaan Tuhan yang selalu berpasangan. Misalnya Tuhan menciptakan pria dan wanita, siang dan malam, baik dan buruk. Jika ketetapan-ketetapan itu dilanggar, biasanya sesuatu yang buruk bakal terjadi.
Start arak-arakan ini dimulai dari batas desa sebelah timur dengan rute melewati jalan desa hingga batas desa sebelah barat, kemudian kembali lagi ke timur. Pada masing-masing batas desa didirikan anjang-anjang yang tinggi dan ditempati oleh para penabuh gamelan. Barong yang diarak terdiri dari empat jenis barong. Keempat jenis barong tersebut adalah barong tua, barong remaja, barong anak-anak, dan barongsai. Diikutkannya barongsai dalam acara tersebut karena Desa Kemiren tidak hanya didiami oleh masyarakat Using, melainkan juga etnik Tionghoa.
Setelah barong selesai diarak, semua warga akan berkumpul di sepanjang jalan desa. Yang pria menata tikar dan lembar-lembar daun pisang, sedangkan para wanita menyiapkan tumpeng, pecel pitik, dan kue-kue tradisional. jika semua sudah tertata, Kyai akan memimpin doa guna memohon kesehatan, kesejahteraan, dan kesuburan bagi Desa Kemiren. Kemudian, nasi tumpeng beserta pecel pitik tersebut dibagikan kepada seluruh warga dan tamu-tamu yang berdatangan. Semua warga baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan akan makan bersama di tempat tersebut.
C. Lokasi
Tradisi Barong Ider Bumi biasa dilaksanakan oleh masyarakat Using yang tinggal di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
D. Akses
Desa Kemiren tempat berlangsungnya ritual Barong Ider Bumi terletak sekitar 15 kilometer arah barat Kabupaten Banyuwangi. Akses menuju tempat ini terbilang cukup mudah, karena Desa Kemiren merupakan desa adat atau desa wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan maupun mahasiswa yang sedang melakukan penelitian.
E. Harga Tiket
Untuk melihat pertunjukan ini Anda tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Sebagai salah satu desa budaya atau desa adat yang menjadi destinasi wisata maupun penelitian, Desa Kemiren sudah memiliki berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh wisatawan. Di tempat ini terdapat anjungan Desa Wisata Using yang dikelola oleh POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata).
Anjungan Desa Wisata Using
Sumber: http://dongengdalam.blogspot.com
Bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana yang berbeda dari hiruk pikuknya kota dapat menginap di rumah-rumah penduduk dan berbaur dengan masyarakat lokal. Di desa ini terdapat padepokan di mana wisatawan dapat belajar tentang kesenian masyarakat Using, khususnya tarian Gandrung. Wisatawan juga dapat belajar tentang pembuatan kerajinan tenun berbahan dasar serat pelepah pisang atau yang dikenal sebagai abaca. Bagi Anda yang ingin mendapatkan fasilitas lebih lengkap, Anda dapat menginap di Kota Banyuwangi yang berjarak sekitar 15 km dari Desa Kemiren.
Senin, 21 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar