A. Selayang Pandang
Hampir setiap masyarakat memiliki hari-hari atau bulan-bulan tertentu yang dimuliakan dan disucikan. Sebagai bentuk penghormatan terhadap hari-hari atau bulan-bulan tersebut, masyarakat biasanya menggelar ritual atau upacara khusus untuk menyambut kedatangannya. Pada umumnya ritual tersebut digelar di masjid, kuil, makam, gunung, sungai, laut, dan lain sebagainya.
Bagi umat Islam, bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan yang dimuliakan. Oleh sebab itu, kedatangannya senantiasa dinanti-nantikan dan disambut dengan penuh sukacita. Masyarakat Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, misalnya, menyambut kedatangan bulan suci ini dengan menggelar ritual Petang Megang yang dipusatkan di tepian Sungai Siak sehari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Masyarakat yang bermukim di Riau Daratan menyebut ritual ini dengan nama Balimau Kasai, sedangkan masyarakat Riau Kepulauan mengenalnya dengan nama Mandi Balimau.
Istilah Petang Megang terdiri dari dua kata, yaitu “petang” dan “megang”. “Petang” artinya sore, merujuk pada pelaksanaan ritual tersebut yang digelar pada sore hari. Sedangkan “megang” berarti memegang sesuatu atau ungkapan untuk memulai sesuatu. Biasanya, seseorang akan memegang sesuatu atau benda tertentu sebagai tanda dimulainya ritual dan upacara.
Meskipun telah berurat-berakar dan senantiasa diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, ritual ini pernah vakum digelar beberapa waktu. Namun pada tahun 1997, Pemerintah Kota Pekanbaru bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Kota Pekanbaru, berinisiatif menggelar kembali ritual ini. Bahkan belakangan ini, Pemerintah Kota Pekanbaru berupaya sekuat tenaga agar ritual ini masuk sebagai salah satu event pariwisata tingkat nasional.
B. Keistimewaan
Prosesi ritual Petang Megang diawali dengan melaksanakan shalat Ashar berjamaah di Masjid Raya Senapelan (Masjid Raya Pekanbaru). Acara kemudian dilanjutkan dengan berziarah ke makam pendiri Kota Pekanbaru, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah atau yang lebih populer dengan sebutan Marhum Pekan. Makam sultan kelima Kerajaan Siak Sri Inderapura (1780-1782 M) ini terletak di sebelah kanan Masjid Raya Senapelan.
Selesai berziarah, masyarakat Kota Pekanbaru dan sekitarnya yang dipimpin oleh Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, lalu berbondong-bondong menuju tepian Sungai Siak dengan berjalan kaki sekitar 1,6 kilometer. Di antara arak-arakan yang dimeriahkan dengan iringan musik kompang (salah satu alat kesenian Melayu Riau) itu, terdapat barisan ibu-ibu yang menjunjung pulut (kepok) yang diletakkan di atas talam atau baki. Pulut adalah sejenis penganan yang terbuat dari beras ketan yang terdiri dari warna putih, kuning, dan hitam. Dalam ritual ini, penganan tersebut dibuat empat tingkat dengan ketinggian mencapai tiga meter. Biasanya, penganan ini juga dilengkapi dengan hiasan 1.000 butir telur.
Sesampainya di Sungai Siak, persisnya di bawah Jembatan Siak I (Jembatan Leighton) yang berada di Jalan Yos Sudarso, Kota Pekanbaru, diadakan berbagai kegiatan dan perlombaan. Acara berikutnya adalah mendengarkan kata sambutan Gubernur Riau dan ceramah agama dari seorang ulama. Setelah itu, Gubernur Riau mengambil ramuan “air limau” yang terdiri dari tujuh jenis tumbuh-tumbuhan, yakni serai wangi (cymbopogon nardus), daun pandan (pandanaceae), daun limau timun/limau pagar (fortunella polyandra), akar siak-siak (daniella ensifolia), daun nilam (pogostemon cablin benth), daun seman, dan mayang pinang. Ramuan tersebut kemudian disiramkan kepada beberapa orang sebagai perwakilan warga. Mandi bersama di tepian Sungai Siak merupakan acara puncak dan sekaligus akhir dari rangkaian prosesi ritual Petang Megang.
Sebagai sebuah peristiwa budaya Melayu, ritual Petang Megang sarat dengan kandungan nilai-nilai agama dan kultural karena ritual Petang Megang merupakan ekspresi rasa syukur masyarakat Kota Pekanbaru dan sekitarnya kepada Allah SWT atas kedatangan bulan suci Ramadhan. Yang menarik dalam ritual ini adalah digelarnya kegiatan keagamaan dalam nuansa kebersamaan, seperti shalat bersama di Masjid Raya Senapelan, berziarah ke makam pendiri Kota Pekanbaru, berjalan beriringan menuju Sungai Siak, dan mandi bersama di tepian Sungai Siak. Dalam rangkaian prosesi ritual Petang Megang, tidak saja terlihat meleburnya masyarakat Kota Pekanbaru yang heterogen, antara orang kaya dengan orang miskin dan antara pemimpin dengan rakyat biasa, tapi juga menyatunya nilai-nilai agama dan kultural dalam satu event.
Hal lain yang menarik adalah arak-arakan masyarakat memakai pakaian adat Melayu Riau dan barisan ibu-ibu yang membawa makanan tradisional setempat sepanjang jalan menuju tepian Sungai Siak. Hal ini mengindikasikan, meskipun hidup di era globalisasi, masyarakat Kota Pekanbaru dan sekitarnya tetap punya keinginan yang kuat untuk senantiasa melestarikan khazanah tradisi nenek moyangnya.
Peserta lomba perahu sedang bersiap-siap mengikuti perlombaan
dalam acara Petang Megang
Berbagai kegiatan dan perlombaan yang digelar dalam rangka untuk memeriahkan ritual Petang Megang, seperti penampilan tari-tarian dan lagu-lagu Melayu di atas panggung terbuka, perlombaan perahu hias, dan menangkap itik dari atas perahu, juga menjadi daya tarik pelancong ketika mengikuti prosesi ritual ini.
Warga menyaksikan acara ini sampai ke bibir sungai
C. Lokasi
Ritual Petang Megang dipusatkan di tepian Sungai Siak, Jalan Yos Sudarso, Kecamatan Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia.
D. Akses
Dari Kota Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau, wisatawan dapat mencapai lokasi ritual Petang Megang di tepian Sungai Siak dengan naik oplet, ojek, atau taksi.
E. Harga Tiket
Masyarakat ataupun wisatawan yang ingin menyaksikan ritual Petang Megang tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Bagi wisatawan dari luar kota dan ingin menyaksikan prosesi ritual Petang Megang secara keseluruhan, dapat menginap di hotel dan wisma yang banyak terdapat di sekitar lokasi ritual Petang Megang.
Di kawasan tersebut juga terdapat pasar, toko, rumah makan, dan warung yang menyediakan berbagai kebutuhan wisatawan, seperti makanan, minuman, dan isi ulang pulsa.
Berbagai fasilitas lainnya, seperti masjid, kios wartel, warnet, bank, ATM, shelter-sherter, pusat oleh-oleh dan cenderamata, serta persewaan perahu dan speed boat, juga tersedia di sini.
Senin, 21 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar