Senin, 21 Desember 2009

Tradisi Ujungan

A. Selayang Pandang

Ujungan adalah tradisi minta hujan yang berkembang di Banyumas, Jawa Tengah. Tradisi tahunan ini merupakan olahraga bela diri adu pukul yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dewasa dengan menggunakan peralatan berupa sebilah rotan sebagai alat pemukulnya. Ritual yang dipimpin oleh seorang Wlandang (wasit) ini, biasanya diselenggarakan pada saat musim kemarau panjang. Pada musim ini para petani sangat membutuhkan air untuk mengairi sawah-sawahnya dan juga untuk memberi minum binatang ternak piaraannya seperti sapi, kerbau, kambing, dan lain sebagainya.

Konon, untuk mempercepat datangnya hujan, pemain Ujungan harus memperbanyak pukulan kepada lawannya hingga mengeluarkan darah. Dengan semakin banyaknya darah yang keluar akibat pukulan, maka semakin cepat pula hujan akan turun. Tradisi yang diselenggarakan pada mangsa kapat (keempat) dan kamo (kelima) di musim kemarau ini, pesertanya adalah orang laki-laki dewasa yang memiliki kemampuan menahan rasa sakit akibat pukulan rotan maupun menahan sakit saat terjadi benturan dengan lawan.

Menurut pengakuan masyarakat setempat, tradisi Ujungan ini muncul sebelum Belanda datang dan menjajah di Indonesia. Di masa itu, tujuan diselenggarakannya tradisi Ujungan ialah untuk memohon hujan kepada Tuhan. Namun, karena ketika itu Indonesia dijajah Belanda, maka tradisi Ujungan ini kemudian dijadikan sebagai sarana latihan beladiri guna membina mental dan fisik para pejuang. Tradisi ini juga sedikit banyak turut melahirkan pejuang-pejuang bangsa yang pemberani.

Kemudian pada tahun 1950-an, tradisi Ujungan berkembang sebagai ajang pencarian pendekar beladiri. Barang siapa yang dapat memenangkan pertarungan Ujungan ini, maka status sosialnya di masyarakat akan naik. Atas dasar itulah banyak orang yang berminat menjadi pemain Ujungan, baik dari Banyumas maupun daerah-daerah lain di sekitarnya. Bahkan tradisi ini juga diminati oleh para pendekar silat dari daerah Betawi, Tanjung Priok, Cakung, Tambun, Cikarang, dan lain-lain.

Seiring dengan berjalannya waktu, tradisi Ujungan kini hanya berkembang sebagai seni pertunjukan hiburan biasa. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan peraturan permainan Ujungan masih tetap mengacu pada Ujungan zaman awal munculnya tradisi ini, baik rotan yang dipakai sebagai alat pukul maupun Wlandang pertunjukan. Rotan yang dipakai harus memiliki tingkat kelenturan yang cukup baik, dengan panjang sekitar 40—125 cm dan diameter sekitar 1,5 cm. Ketentuan rotan yang dipersyaratkan seperti ini bertujuan untuk mengurangi rasa pedih bila disabetkan ke tubuh. Sedangkan seorang Wlandang harus memiliki keterampilan ilmu beladiri yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar apabila suatu saat salah satu pemain Ujungan tidak puas dengan hasil keputusan wasit dan mencoba untuk melawan wasit, maka wasit harus berani menerima tantangan itu.
B. Keistimewaan

Ujungan merupakan ritual tradisi yang menggabungkan tiga jenis seni, yaitu seni musik (Sampyong), seni tari-silat (Uncul), dan seni bela diri tongkat (Ujungan). Keistimewaan lain yang terdapat pada Tradisi Ujungan ialah terdapatnya sikap menjunjung tinggi nilai sportivitas, persaudaraan, rasa nasionalisme, dan semangat patriotisme sebagai generasi penerus bangsa.

Pertunjukan Ujungan selalu diiringi dengan musik yang disebut Sampyong, yaitu alat musik semacam gambang yang terbuat dari kayu yang dipotong-potong. Semakin pendek ukuran potongan kayu tersebut semakin tinggi pula nada yang dihasilkan. Potongan kayu ini kemudian ditata di atas bambu yang melintang. Nada Samyong ini cukup nyaring karena merupakan hasil dari suara yang dipantulkan oleh bambu yang melintang itu. Sedangkan seni tari-silat Uncul adalah pertunjukan pendahuluan sebelum Ujungan dimulai. Pertunjukan Uncul dalam Ujungan ini sering juga disebut dengan pengibing (pertunjukan pengiring yang mendahului pertandingan). Pemain Uncul merupakan pemain pertama yang akan bertanding di Ujungan. Pertunjukan Uncul ini dimulai dengan gerakan pemain Uncul yang berputar-putar menantang para penonton untuk diajak bertanding. Kemudian penonton yang hendak menjadi lawan pemain Uncul merupakan calon pemain kedua dalam pertandingan Ujungan. Penonton yang menerima tantangan itu kemudian masuk ke dalam arena pertunjukan, dari adegan inilah kemudian Ujungan dimulai.

Ujungan biasanya dimainkan oleh sepasang laki-laki dewasa, namun tak jarang juga dimainkan oleh lima pasang pemain sekaligus. Tradisi ini juga mempunyai peraturan-peraturan permainan yang tidak boleh dilanggar. Peraturan itu di antaranya, pemain Ujungan hanya diperbolehkan melakukan pukulan pada bagian pinggang ke bawah kecuali pada alat kelamin. Sasaran pukul yang dianjurkan adalah tulang kering dan mata kaki. Hal ini dimaksudkan agar para peserta Ujungan tidak mendapat luka yang membahayakan. Kemenangan dalam pertarungan ini dinilai dari banyaknya bekas luka yang terdapat pada tubuh. Semakin banyak bekas pukulan yang terdapat pada tubuh pemain itu, maka kecenderungan kalah semakin besar.
C. Lokasi

Ritual Tradisi Ujungan terdapat di Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
D. Akses

Untuk menuju Kabupaten Banyumas, perjalanan dapat dimulai dari Purwokerto. Dari Terminal Purwokerto sampai ke Banyumas, biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit dengan menggunakan angkutan umum (bus). Setelah sampai di Banyumas, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan naik angkutan kota menuju lokasi pertunjukan.
E. Harga Tiket

Untuk dapat menyaksikan Tradisi Ujungan, setiap pengunjung tidak dipungut biaya.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya

Berkunjung ke Banyumas, pelancong tidak usah khawatir karena di kota ini terdapat banyak fasilitas seperti hotel, restoran, minimarket, warung telekomunikasi, pasar, dan lain sebagainya. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin menikmati masakan khas Banyumas seperti pencok lele, terdapat banyak pedagang masakan khas ini yang tersebar di setiap sudut kota, dengan harga yang cukup murah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar