Selasa, 13 Oktober 2009

Gangan Gadang Pisang, Makanan Penentram Hati

Gangan (sayur) gadang pisang, yakni inti batang pisang yang dibuat sebagai sajian istimewa warga Pemakuan Hilir, Kecamatan SungaiTabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, pada setiap acara perkawinan. Pembuatan sayur ini disajikan kepada warga setempat sebagai tanda syukur sehari sebelum pengantin naik di pelaminan. Sayur ini juga dipercaya sebagai penenteram hati bagi pengantin.
Tidak semua orang pernah menikmati batang pisang. Tidak banyak pula yang mengetahui bahwa batang pohon pisang dapat disayur.

Lain lubuk lain ikannya. Pepatah itulah yang tepat untuk menggambarkan gulai batang pisang sebagai sajian istimewa pada aruh pabapangantinan, pesta pengantin, warga Banjar di Kalimantan Selatan.

Kompas menyaksikan kegiatan manggangan gadang (memasak batang pisang) belum lama ini di Desa Pemakuan Hilir, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

Sajian istimewa itu diolah di rumah dua pasang calon pengantin, yakni Kamsiah-Arbain dan Hamsani-Siti Radiah. Di desa tepian Sungai Martapura itu manggangan gadang pisang merupakan masakan yang harus disediakan sehari sebelum pengantin bersanding.

Pagi hari sebelumnya beberapa ibu sudah mengupas bagian luar sekitar 10 batang pisang. Mereka mencari inti batang pisang yang putih. Batang bagian terdalam itulah yang dicincang halus.

Racikan itu kemudian dimasukkan ke dalam santan kelapa. Labu kuning dan kacang panjang pun disertakan dalam masakan tersebut. Ditambah pula ebi dan parutan kelapa muda.

Seluruh bahan dimasukkan dan dimasak dalam panci besar ukuran untuk 100 porsi. Setelah matang, gangan gadang disajikan kepada warga yang hadir. Kaum lelaki yang sibuk membangun tenda serta menyiapkan meja dan kursi diminta berhenti untuk menikmati gulai batang pisang itu.

"Sebelum kami menikmati bersama, kami berdoa dulu untuk keselamatan," tutur Hadijah, seorang ibu Pamakuan Hilir yang menyiapkan hidangan.

Makna

Beberapa ibu mengaku tidak tahu makna "pesta" gangan gadang. Namun, mereka memastikan, suguhan itu adalah tradisi dalam menjamu warga yang telah membantu secara sukarela aruh bakakawinan (pesta perkawinan).

Alfani Daud dalam bukunya, Islam dan Masyarakat Banjar (1997), menjelaskan, jamuan gangan gadang pisang adalah bagian dari kepercayaan asal budaya Banjar tentang sumangat (vitalitas hidup) dan tuah benda. Orang Banjar beranggapan, berbagai benda tertentu, termasuk yang dimakan, mempunyai efek khusus.

Gulai batang pisang bila disajikan menjelang pesta perkawinan dipercaya memiliki sifat mendinginkan serta merangsang penyantapnya menjadi tenang dan sabar. Kedua mempelai yang juga menyantap masakan tersebut diharapkan selalu rukun sepanjang hidupnya.

Selain dingin, sifat pisang juga diharapkan menular ke pengantin, seperti cepat beranak (mendapat keturunan), tidak mati sebelum berbuah, dan kehidupan diliputi suasana damai.

Beberapa kelompok warga Banjar di wilayah utara Kalimantan Selatan yang disebut Banua Anam mempunyai keyakinan berbeda. Mereka justru menyantap makanan yang gurih itu sebagai lambang kesuburan dan ketenteraman hidup. Percaya atau tidak, itulah tradisi yang ada. Tak ada salahnya pula mencoba masakan yang gurih tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar