JALANAN setapak yang menghubungkan Gua Segolo-golo dengan enam gua lainnya, terlihat bersih. Suasana yang hening, seakan menandakan gua yang hanya memiliki satu jalur khusus untuk bisa masuk, yaitu akar pohon besar itu, jarang didatangi pengunjung secara khusus. Apalagi bila datang melihat keenam gua yang ada.
“Hanya orang tertentu yang datang secara khusus dengan maksud tertentu pula,” tutur Pramuadi, juru kunci gua itu. Kedatangan secara khusus itu pun pernah dilakukannya selama beberapa hari dengan bersemedi di dalam gua Segolo-golo. Dalam pertapaannya itu pria yang akrab disapa Mbah Pramu mengaku mendapat wangsit dari seorang pertapa tua.
Dikatakannya, wangsit itu memberi isyarat adanya tiga kamukten (kemuliaan, Red) yang bisa diwujudkan di dalam gua, bila pengunjung melakukan secara khusus dengan niatan yang bersih. Tiga kamukten itu diapresiasikan dalam tiga jenis air yang apabila diminum dan dibawa pulang, bisa memenuhi apa yang diinginkan.
Tiga jenis air ini meliputi air pethuk (untuk mewujudkan segala yang diinginkan), air panoman (untuk awet muda) dan air penguripan (untuk panjang umur dan kesejahteraan hidup). Khusus di air panguripan ini siapa saja yang mengambil untuk keperluan pengobatan, maka seizin Allah akan disembuhkan dari sakit. Begitu juga sebaliknya untuk kebugaran tubuh agar tetap sehat menjalani rutinitas sehari-hari.
Selama 18 tahun berada di Gua Segolo-Golo, Mbah Pramu banyak melihat kejanggalan dan kekeramatan gua yang terkadang sulit diterima akal sehat. Sehingga dia juga selalu mengingatkan kepada semua pengunjung agar ekstra hati-hati bila memasuki Gua Segolo-golo. Terutama dalam menjaga sikap dan perkataan dari kesombongan dan keangkaramurkaan. “Jangan sekali-sekali berkata sombong, seperti tantangan bisa menghilang, maka akan hilang sungguhan, dan baru bisa ketemu setelah ada upacara ritual tertentu,” ungkap Mbah Pramu.
Pengalaman itu pernah dilihatnya sendiri ketika ada salah seorang pengunjung yang hilang ditelan bumi. Salah seorang penjual aneka gorengan di sekitar kawasan Gua Segolo-golo juga pernah tiba-tiba menghilang beberapa saat.
Namun setelah panjatan doa dan ritual, penjual gorengan itu kemudian ditemukan di sebelah selatan Gua Segolo-golo. Tepatnya di area perkebunan warga sekitar sedang duduk termenung seorang diri.
Perihal kekeramatan ini juga dibenarkan Mbok Binah, salah seorang penjual makanan di kawasan Gua Segolo-golo. Namun perempuan bertubuh kurus ini tidak melihat adanya keangkeran di sekitar gua ini. Di samping banyak pengunjung yang datang untuk sekadar menikmati panorama suasana pegunungan yang sejuk. Para pemuda setempat juga memanfaatkan panorama alam itu dengan memberi pelayanan jasa parkir.
Sehingga sehari-hari, ada saja kesibukan yang terlihat di kawasan Gua Segolo-golo. Suasana semakin sibuk ketika hari Minggu atau libur panjang perkantoran dan sekolah. Sejumlah warga juga memanfaatkan lahan pinggir jalan untuk berjualan makanan minuman dan buah-buahan.
Karena Wonosalam tempat budidaya buah durian, maka banyak penjual yang menawarkan buah tinggi lemak ini selain buah alpukat dan rambutan. Mau mencoba?
Jumat, 09 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar