Jumat, 09 Oktober 2009

Larung Seribu Jenis Makanan

Madura kaya dengan tradisi rokat tase’ atau petik laut. Kemarin tradisi syukuran yang sudah berlangsung sejak 400 tahun silam itu digelar masyarakat pesisir Pantai Raden Segoro, Desa Nipah, Kecamatan Banyuates, Sampang.
Ratusan warga hadir. Mereka bersama - sama merayakan rokat tase’ dengan harapan mendapatkan hasil tangkapan ikan semakin meningkat dan terhindar dari musibah.
Sebelum pelepasan sesajen ke tengah laut, puluhan perahu terlihat berjejer di bibir pantai. Berbagai model perahu yang akan membawa sesajen itu dihias warna - warni. Pada sisi kanan dan kiri perhu tertulis Marco polo, Pancen Oye, Barokah, Masa Indah, Kahona, dan beberapa nama lainnya.
Di dekat bibir pantai sebelah selatan berdiri panggung megah. Di sana terdapat gamelan dan beberapa alat musik lain untuk mengiri pesinden.
Pukul 10.55 puluhan perahu datang lagi. Perahu itulah yang nantinya membawa sesajen hasil bumi petani dan tangkapan ikan nelayan ke tengah lautan. Sesajen yang akan dilarung ke tengah laut diarak lebih dulu berkeliling ke rumah - rumah warga setempat.
Menjelang kehadiran Bupati Sampang Noer Tjahja, puluhan perahu datang lagi. Informasinya, mereka baru saja meletakkan kepala kambing di tengah laut. Setelah itu, puluhan perahu itu akan membawa sesajen bersama dengan bupati.
Pukul 11.48 bupati datang bersama rombongan dari pemkab. Tanpa banyak bincang, dia langsung menaiki perahu menuju tengah laut untuk melepaskan sesajen tradisi masyarakat Nipah.
Pantauan koran ini, sejumlah pejabat pemkab mengikuti pelepasan sesajen ke tengah laut dengan naik perahu. Tampak di atas perahu Sekkab Hermanto Zubaidi, Direktur RSUD dr Tri Budi Waluyo, dan Kadisbudparpora Ach. Bahrawi. Sementara Kabag Humas Rudi Setiadi hanya melihat dari bibir pantai.
Puluhan perahu mengiringi sesajen yang akan dibuang ke tengah laut. Sekitar 1 kilometer ke tengah laut, pukul 12:00 sesajen di atas perahu kecil dengan berisi berisi 1.000 macam buah - buahan dan makanan dilepaskan.
Dua orang berenang di tengah laut untuk melepaskan sesajen. Tampak pula satu ayam yang masih hidup dilepaskan dalam perahu kecil dan dibiarkan di tengah laut.
Usai sesajen dilepaskan, tepuk tangan meriah di tengah laut bergema. Puluhan perahu lalu disiram dengan sisa - sisa air sesajen. “Agar mendapatkan hasil banyak ketika menangkap ikan,” ujar salah seorang nelayan yang mengendalikan perahu di rombongan bupati dan wartawan.
Menurut Kepala desa Nipa Miftahul Arifin, tradisi rokat tase’ tersebut sudah berlangsung lebih dari 400 tahun secara turun temurun. Direncanakan tradisi petik laut itu akan digelar setiap tahun.
Acara petik laut lebih besar dari tahun - tahun sebelumnya baru digelar sejak 2003. Sebelumnya hanya acara biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar